Tarian Pagalung bertemakan gotong royong para petani dan perayaan rasa syukur atas hasil panennya yang melimpah. Mengambil konsep dari dua budaya masyarakat Sulawesi, yaitu Budaya Mapalus (Gotong royong) dan Perayaan Katto Bakko. Menampilkan para penari yang bergotong royong dalam bertani dan merayakan perayaan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panennya. Dimulai dengan datangnya para penari sebagai petani yang bekerjasama dalam bertani padi, dan diakhiri dengan perayaan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah.
Kisah berawal dari salah satu desa di sulawesi yang damai dan asri, kehidupan rakyat disana sangat tentram dan nyaman, suatu hari mereka melakukan tarian ritual untuk kesslamatan desa, ditengah tengah kegiatan, muncul penghasut yang menghasut dan memberi mantra jahat untuk saling membunuh dan membuat semua sengsara, beberapa rakyat terhasut dan mereka mulai mengikuti perintah sang iblis, terjadilah sebuah perperangan saudara yang menewaskan banyak warga, sayangnya hasutan mantra kejam si iblis tidak bertahan lama, 2 warga tersisa dan mereka saling sadar, setelah mereka sadar, mereka mencari sang iblis dan membalas semua dendam warga.