(18/10) Pada siang ini, seluruh peserta didik kelas XI MIPA 2 sedang melaksanakan tugas mata pelajaran Bahasa Jawa. Dalam MateriĀ  ini, terdapat berbagai sub bab seperti, siraman, tedak siten, wiwitan, mitoni, panggih, dan midodareni.

Dalam praktik ini, siraman adat Jawa lah yang dipilih. Siraman adat Jawa ini mempunyai filosofi simbol untuk meluruhkan semua hal negatif atau keburukan dari calon pengantin sehingga masuk ke gerbang pernikahan sudah suci kembali.

Ada beberapa pihak selain mempelai berdua. Seperti ada para kedua orang tua dari masing masing mempelai, seksi properti, seksi dokumentasi, seksi konsumsi dan lainnya.

Kegiatan ini dilakukan pada jam pelajaran Bahasa Jawa. Adapun serangkaian acaranya yaitu diawali dengan “sungkeman”, kemudian ada siraman, memotong rambut, mengubur rambut yang telah dipotong, dan “gendhongan”.

Untuk sungkeman itu sendiri mempunyai makna memohon doa restu kepada kedua orang tua. Setelah itu calon pengantin menuju ke tempat siraman, siraman pertama dari kedua orang tua dan biasanya dilanjutkan para sesepuh, kemudian sesi potong rambut beberapa helai saja, yang kemudian rambut tersebut di tanam oleh sang ayah dengan ibu yang mendampingi. Terakhirnya ada prosesi “gendhongan” . Yaitu sang ayah menggendong calon pengantinnya.

Perbedaan dalam prosesi ini adalah di prosesi calon mempelai wanita terdapat prosesi “adol dawet” yang bermakna wujud cinta orang tua kepada anaknya, sebagai wujud doa dan kebaikan lainnya.

“Kegiatan kemarin sih bagus untuk kita, karena kita akan lebih mengerti tentang tradisi Jawa, jadi memahami filosofinya.” Kata Ingrida, calon pengantin wanita kegiatan kemarin.

Kegiatan ini memberikan ilmu baru untuk peserta didik tentang prosesi adat Jawa bahwa ada sebuah proses yang dilakukan sebelum menjalani pernikahan,  memahami filosofinya, dan juga makna nya. (nad)

XI MIPA 2: Siraman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *