Cinta Budaya Tanah Air
(18/2) Suara selaras dari lantunan langgam jawa terdengar dari salah satu sudut sekolah pagi itu. Beberapa Bapak Ibu guru tengah asyik berlatih gamelan sejak pukul 10 pagi yang dipandu seorang pelatih ekstrakurikuler karawitan. Grup yang tergabung dalam “Satradhirsa Senior” ini adalah kali pertama latihan, kenapa disebut grup senior, karena grup juniornya adalah siswa peserta ekstrakurikuler itu sendiri.
Meski ini adalah latihan untuk pertama kali, akan tetapi suara yang dihasilkan sudah selaras antara ketukan saron, peking, slenthem, demung, kenong yang disajikan grup senior, kecuali kendang dan gong yang dibawakan oleh siswa. Jenis karatitan yang dipakai adalah laras “Slendro”.
Dalam musik karawitan jawa seringkali kita dengar istilah laras slendro dan laras pelog, kedua laras tersebut dalam istilah musik modern bisa disebut sebagai ‘tangga nada’ yakni susunan nada dalam satu oktaf. Kedua laras sering digunakan dalam gending yang dimainkan dengan seperangkat gamelan Jawa. Gending adalah susunan melodi yang membentuk suasana dan karakter tertentu dalam musik jawa.
Laras slendro merupakan sistem urutan nada yang terdiri dari lima nada dalam satu gembyang (oktaf), nada tersebut diantaranya ; 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 5 (mo), 6 (nem). Istilah ji, ro, lu, mo, nem tersebut merupakan nama singkatan angka dari bahasa jawa, ji berarti siji (satu), ro berarti loro (dua) lu berarti telu (tiga), mo berarti limo (lima) dan nem berarti enem (enam).
Selain menggunakan singkatan nama, dalam laras juga sering digunakan istilah tradisional lainnya untuk menyebut setiap nada. Istilah tradisional tersebut diantaranya (1) Panunggal yang berarti kepala, (2) gulu yang berarti leher, (3) dada, (5) lima yang berarti lima jari pada tangan, dan (6) enem.
Dalam pertunjukan wayang kulit laras slendro seringkali dimainkan untuk adegan perang, barisan prajurit dan adegan lainnya. Secara emosional gending-gending yang menggunakan laras slendro dapat memunculkan perasaan gembira, ramai dan menyenangkan. Meski demikian, untuk gending-gending tertentu laras slendro dalam karawitan juga mampu menghasilkan suasana yang mampu memancing kesedihan, kerinduan, rasa cinta dan lain-lain
Hingga pukul 11.00 berlatih lanjaran yang biasa digunakan untuk menyambut tamu. Kegiatan ini sangat menyenangkan bagi bapak ibu guru, dan membuat para siswa yang tergabung dalam ekstra karawitan semakin bangga karena guru-gurunya juga turut andil dalam melestarikan alat musik Jawa. Tidak hanya itu, aktivitas ini untuk meningkatkan rasa cinta anak bangsa Indonesia kepada budaya seni tradisi tanah air.
Latihan karawitan dijadwalkan setiap hari Sabtu pukul 10.00 – 11.00 di ruang perpustakaan sekolah. Karena kegiatan PBM (Proses Belajar Mengajar) dari hari Senin hingga Jumat sudah Full Day, jadi grup Satradhirsa Senior ada waktu luang di setiap hari Sabtunya. Tidak semua guru tergabung dalam grup karawitan, untuk saat ini yang bisa berkesempatan berlatih diantaranya Bu Anis Ken, Bu Sri Retna, Pak Sudibyo, Bu Sri Ledjariati, Bu Woro Suhartati, Bu Titien, Pak Haryanto, Pak Erfan, dan Bu Niken. Diharapkan di hari Sabtu yang akan datang semakin banyak bapak ibu guru yang ikut latihan. Sehingga bisa menambah kekompakan, kebersamaan, dan keharmonisan guru-guru SMANDASA.