(18/2) Ada yang berbeda di hari Sabtu ini, salah satu kegiatan ekstrakurikuler di SMAN 10 Malang yang diselenggarakan setiap hari Sabtu pukul 10.00 hingga 11.30 yakni Club Bahasa Jepang tidak seperti biasanya yang secara rutin di isi oleh Bapak Brian dan Bu Dhevi Amalia atau biasa dipanggil dengan sebutan Brian Sensei dan Dhevi Sensei, kata sensei adalah sebutan guru dalam Bahasa Jepang. Club yang bernama Nijuku, kata Nijuku ada singkatan dari Nihongo dai Juu Koukou no Kurabu itu adalah nama Club Bahasa Jepang.
Siang itu kedatangan tamu yang sangat spesial, yaitu Kozawa Michiko Sensei, beliau adalah satu anggota Tim Nihongo Partner untuk wilayah Kota Malang periode 2016 hingga 2017. Nihongo Partner adalah peserta program native speaker yang berasal dari negara Jepang. Program ini adalah pertukaran guru Bahasa Jepang yang ada di Indonesia selama kurun waktu 6 bulan lamanya.
Kozawa Sensei datang di kegiatan ekstra Club Bahasa Jepang SMANDASA untuk mengajari tata upacara minum teh bersama atau dalam Bahasa Jepang disebut Sadou. Upacara minum teh (茶道 sadō, chadō) adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Pada zaman dulu disebut chatō (茶の湯) atau cha no yu. Upacara minum teh yang diadakan di luar ruangan disebut nodate. Ruangan khusus untuk minum teh yang disebut chashitsu.
Upacara minum teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup antara lain tujuan hidup, cara berpikir, agama, apresiasi peralatan upacara minum teh dan cara meletakkan benda seni di dalam ruangan upacara minum teh.
Pada umumnya, upacara minum teh menggunakan teh bubuk matcha yang dibuat dari teh yang digiling halus. Upacara minum teh menggunakan matcha disebut matchadō, sedangkan bila menggunakan teh hijau jenis sencha disebut senchadō.
Minuman teh mulai diperkenalkan di Jepang pada abad ke 9 oleh seorang biksu Budha dari Cina. Dari situlah, teh mulai dikenal oleh warga Jepang dan mulai menjadi kebudayaan Jepang. Pada mulanya di Cina kebiasaan minum teh pada awalnya hanya sebagai pengobatan, dan seiring waktu maka teh juga dinikmati sebagai minuman biasa yang menyenangkan. Pada awal abad ke 9, seorang penulis Cina, Lu Yu menulis suatu catatan mengenai budaya minum teh dan langkah-langkah persiapan minum teh. Kehidupan Lu Yu ini sangat terpengaruh oleh agama Budha, terutama dari sekolah yang kemudian dikenal di Jepang sebagai Zen. Ide-idenya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan upacara minum teh di Jepang ini.
Ke 25 siswa peserta ekstrakurikuler Bahasa Jepang saat itu bisa hadir semua untuk mengetahui bagaimana upacara Sadou itu sendiri yang diperagakan oleh orang Jepang asli. Rutinitas kegiatan Club Bahasa Jepang ini tidak selalu di dalam ruangan atau di dalam kelas, tergantung dari materi yang diajarkan. Kalau materi memasak masakan Jepang maka tempatnya di kantin atau dapur sekolah.
Teori maupun praktik yang disampaikan di club ini sangat beragam dan mengasyikkan tentunya, hal itu terbukti meski ada anggota yang sudah kelas XII tapi masih aktif mengikutinya.